Minggu, 05 Februari 2012

Lembaga-lembaga Internasional dan Peranan Indonesia


PERKEMBANGAN LEMBAGA-LEMBAGA INTERNASIONAL DAN PERAN INDONESIA DALAM KERJASAMA INTERNASIONAL


Pada materi yang lalu, kalian telah mempelajari politik luar negeri Indonesia pada masa Orde Baru. Apakah politik luar negeri bangsa Indonesia? Ya, politik luar negeri Indonesia adalah bebas dan aktif. Kalian tentu telah memahami apakah arti dari politik luar negeri bebas aktif, bukan? Coba jelaskan! Perlu kalian ketahui, politik luar negeri bebas dan aktif merupakan wujud pelaksanaan amanat Pembukaan UUD 1945 alenia IV yaitu ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, abadi, dan keadilan sosial. Bagaimana hubungan antara pelaksanaan politik luar negeri bebas dan aktif dengan kerja sama internasional? Untuk melaksanakan politik luar negeri tersebut, bangsa Indonesia mengadakan kerja sama dengan negara-negara lain terutama negara-negara yang netral dan tidak terlibat dalam salah satu blok. Indonesia juga memegang peran penting dalam kerja sama tersebut misalnya dalam KAA, GNB, dan ASEAN. Apa saja peranan bangsa Indonesia dalam kerja sama tersebut? Bagaimana pula pengaruh kerja sama tersebut bagi perkembangan kehidupan bernegara Indonesia? Agar kalian memahaminya, pelajarilah materi berikut ini!

A. Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Peran Indonesia



1. Sejarah Berdirinya PBB

Organisasi PBB secara resmi lahir pada tanggal 24 Oktober 1945. Organisasi ini digagas oleh lima negara besar yaitu Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, dan Cina. Berdirinya PBB diawali dari pembicaraan antara PM Inggris Winston Churchill dan Presiden AS Franklin Delano Roosevelt pada tanggal 4 Agustus 1941 di Kapal Augusta. Pembicaraan tersebut menghasilkan Piagam Atlantik (Atlantic Charter).
Selanjutnya diadakan konferensi di Dumbarton Oaks, Amerika Serikat pada tanggal 21 Agustus - 7 Oktober 1944. Konferensi ini menghasilkan kesepakatan tentang pembentukan disebut United Nations Organization (UNO) atau PBB. Pada tanggal 4 - 11 Februari 1945, Franklin Delano Roosevelt, Winston Churchill, dan Stalin menyelenggarakan Konferensi Yalta. Selanjutnya pada tanggal 25 April - 25 Juni 1945, 50 negara menyetujui usul-usul yang tertuang dalam Declaration of United Nations (Piagam PBB). Piagam ini ditandatangani pada tanggal 24 Oktober 1945. 50 negara peserta yang menghadiri Konferensi San Fransisco disebut anggota asli PBB. Organisasi PBB

mempunyai tujuan berikut.
a. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional.
b. Mengembangkan hubungan persaudaraan antarbangsa.
c. Mengadakan kerja sama internasional.
d. Sebagai pusat penyelarasan segala tindakan bersama terhadap negara yang membahayakan perdamaian dunia.

2. Badan-Badan Kelengkapan PBB

PBB memiliki beberapa badan utama. Lihat tabel 14.1.




3. Perkembangan Hubungan PBB dan Indonesia


Peran PBB terhadap Indonesia pada masa revolusi fisik cukup besar. Berikut ini peranan PBB terhadap Indonesia.
a. Ketika terjadi Agresi Militer Belanda I, Indonesia dan Australia mengusulkan agar persoalan Indonesia dibahas dalam sidang umum PBB.
b. PBB membentuk Komisi Tiga Negara yang membawa Indonesia-Belanda ke meja Perundingan Renville.
c. Ketika terjadi Agresi militer Belanda II, PBB membentuk UNCI. Hasil kerja UNCI adalah mempertemukan Indonesia-Belanda dalam
Perundingan Roem Royen.
d. PBB juga berperan dalam penyelesaian masalah Irian Barat PBB membentuk pemerintahan sementara yang bernama UNTEA. Pada tanggal 1 Maret 1963 PBB menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia.
e. Saat pelaksanaan Pepera tahun 1969, utusan PBB yang diwakili Ortis Sanz hadir. Ortis Sanz juga membawa hasil Pepera ke dalam sidang umum PBB.
Hubungan Indonesia dengan lembaga PBB mengalami perang surut. Semasa Orde Lama Indonesia menjauhkan diri dari PBB. Bahkan pernah keluar dari keanggotaan lembaga tersebut. Pada masa Orde Baru, Indonesia masuk kembali menjadi anggota PBB. Indonesia mulai menunjukkan peran aktifnya. Berikut ini beberapa contoh peran Indonesia dalam organisasi PBB. 
a. Pada bulan Januari tahun 1957 Indonesia mengirimkan Pasukan Garuda I untuk ikut memelihara perdamaian di Timur Tengah.
b. Pada tanggal 10 September 1960 Indonesia mengirim Pasukan Garuda II dan III untuk mengatasi konflik di Kongo.

c. Pada bulan Januari 1973 Indonesia mengirim Pasukan Garuda IV, V, VI, VII dan VIII untuk mengatasi konflik di Vietnam.
d. Pasukan Indonesia ikut mewujudkan perdamaian di Bosnia (setelah pecahnya Yugoslavia), Irak, Iran, Afghanistan.
e. Membantu kekuasaan sementara PBB di Kamboja, yang bertugas mengawasi transisi dari konflik aktif ke bentuk politik yang lebih damai.
f. Menteri Luar Negeri Adam Malik menjabat sebagai ketua sidang Majelis Umum PBB untuk masa sidang tahun 1974.
Dalam perkembangan akhir-akhir ini, lembaga PBB mendapat sorotan dari berbagai negara. Sorotan tersebut menghendaki agar PBB mereformasi terutama lembaga-lembaga utama PBB. Muncul tuntutan agar hak veto yang dimiliki The Big Five dihapus. Alasannya kurang mencerminkan rasa keadilan. Tuntutan yang lain yaitu memperluas anggota tetap Dewan Keamanan sehingga menggambarkan kekuatan dan perwakilan dari berbagai benua di belahan dunia.

B. Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Peran Indonesia


1. Latar Belakang Konferensi Asia Afrika (KAA)

KAA diawali dengan Konferensi Kolombo di Sri Lanka yang diprakarsai oleh Sir John Kotelawala. Berikut ini beberapa latar belakang dan dasar pertimbangan terselenggaranya KAA.
a. Perubahan politik pada tahun 1950-an yaitu berakhirnya Perang Korea (1953). Akibat Perang Korea, semenanjung terbagi menjadi dua negara yaitu Korea Utara dan Korea Selatan. Peristiwa ini semakin menambah ketegangan dunia.
b. PBB sudah ada forum konsultasi dan dialog antarnegara yang baru merdeka, tetapi di luar PBB belum ada forum yang menjembatani dialog antarnegara tersebut.
c. Persamaan nasib bangsa-bangsa di Asia dan Afrika, terutama pernah mengalami penjajahan.
d. Persamaan masalah sebagai negara yang masih terbelakang dan berkembang.
e. Ingin menggalang kekuatan negara-negara Asia Afrika agar mendukung perjuangan merebut Irian Barat.
f. Memiliki kedekatan yang kuat karena dihubungkan oleh faktor keturunan, agama, dan latar belakang sejarah.
g. Berdasarkan letak geografisnya, letak negara-negara Asia dan Afrika saling berdekatan.

2. Pelaksanaan KAA

Sebelum dilaksanakan KAA di Bandung tahun 1955, terlebih dahulu dilaksanakan Konferensi Kolombo yang kemudian dilanjutkan dengan Konferensi Bogor. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 14.2 berikut!

Konferensi Asia Afrika dilaksanakan di Bandung pada tanggal 18 - 24 April 1955. Pelaksanaan KAA dibuka oleh Presiden Soekarno. Penyelenggaraan KAA mempunyai tujuan berikut.

a. Mengembangkan saling pengertian dan kerja sama antarbangsa Asia Afrika meningkatkan persahabatan.
b. Membicarakan dan mengatasi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
c. Memerhatikan masalah khusus terkait dengan kedaulatan, kolonialisme, dan imperialisme.
d. Memerhatikan posisi dan partisipasi Asia Afrika dan bangsa-bangsa dalam dunia internasional.
Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh 29 negara termasuk 5 negara pengundang. Ke-24 negara yang diundang adalah 18 negara Asia dan 6 negara Afrika. Negara-negara Asia yang hadir yaitu Filipina, Thailand, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Laos, Turki, Jepang, Yordania, Kamboja, Nepal, Lebanon, RRC, Afghanistan, Iran, Irak, Syria, Saudi Arabia, dan Yaman. Sedang 6 negara Afrika yang hadir adalah Mesir, Sudan, Ethiopia, Libya, Liberia, dan Ghana. Rhodesia (Afrika Tengah) pada awalnya diundang, namun karena sedang ada kemelut politik dalam negeri maka tidak bisa hadir. Dari negara-negara yang diundang tersebut muncul tiga golongan berikut.
a. Golongan prokomunis, yaitu RRC dan Vietnam Utara.
b. Golongan pro-Barat, yaitu Filipina, Thailand, Pakistan, Irak, dan Turki.
c. Golongan netral, yaitu India, Birma, Sri Lanka, dan Indonesia.
Hasil dan keputusan yang dicapai dalam KAA, antara lain kerja sama bidang ekonomi, kebudayaan, hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri, serta memajukan perdamaian dunia. Hasil KAA yang paling mendasar adalah Dasasila Bandung. Berikut ini isi dari Dasasila Bandung. Lihat tabel 14.3.

Melalui Dasasila Bandung juga diperjuangkan perdamaian dunia dengan meredakan ketegangan internasional akibat Perang Dingin. Hasil dari KAA ini akan mengilhami lahirnya Gerakan Nonblok, Indonesia merupakan salah satu pelopornya.

3. Peran Indonesia dalam KAA

Terlaksananya KAA tidak bisa lepas dari peran Indonesia. Di samping sebagai salah satu pelopor dan pemrakarsa KAA, Indonesia menyediakan diri sebagai tempat penyelenggaraan KAA. Hal ini membuktikan prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo yang berhasil menyelenggarakan suatu kegiatan yang bersifat internasional.

4. Arti Penting KAA

KAA berpengaruh sangat besar dalam upaya menciptakan perdamaian dunia dan mengakhiri penjajahan di seluruh dunia secara damai, khususnya di Asia dan Afrika. Semangat KAA untuk tidak berpihak pada blok Barat maupun blok Timur telah mendorong lahirnya Gerakan Nonblok. Dengan demikian ketegangan dunia dapat diredam. Bagi Indonesia, KAA memberikan dua keuntungan. Pertama pemerintah Indonesia berhasil mencapai kesepakatan mengenai masalah RRC dwikewarganegaraan. Usai konferensi, mereka yang memiliki dwikewarganegaraan diharuskan memilih menjadi warga negara Indonesia atau warga negara RRC. Kedua, RI mendapat dukungan dalam perjuangan pengembalian Irian Barat. Berikut ini makna dan arti penting terselenggaranya KAA.
a. Merupakan pendorong kemerdekaan bangsa-bangsa Asia – Afrika untuk lepas dari cengkeraman imperialisme dan kolonialisme Barat.
b. Menjadi pendorong lahirnya Gerakan Nonblok.
c. Merupakan pencetus semangat solidaritas dan kebangkitan negara Asia Afrika dalam menggalang persatuan.
d. Memberikan harapan baru bagi bangsa-bangsa yang sudah maupun belum merdeka.
e. Mulai diikutinya politik luar negeri bebas dan aktif yang dijalankan oleh Indonesia, India, Myanmar, dan Sri Lanka.
f. Kembali bangkit dan sadarnya bangsa-bangsa Asia dan Afrika akan potensi yang dimiliki.
g. Diakuinya nilai-nilai Dasasila Bandung oleh negara-negara maju karena terbukti memiliki kemampuan dalam meredakan ketegangan dunia.
h. Mulai dihapuskannya praktik-praktik politik diskriminasi ras oleh negara-negara maju.

C. Perkembangan Gerakan Nonblok (GNB) dan Peran Indonesia

Secara sederhana, konsep Nonblok adalah tidak berpihak pada salah satu blok baik blok Barat maupun blok Timur. Tujuan utama Gerakan Nonblok adalah meredakan ketegangan atau ancaman perang, serta menghindari pertikaian bersenjata antara blok Barat dan blok Timur. Landasan keputusan dari GNB adalah kebebasan dan ketidaktergantungannya berdasarkan kepentingan nasional dan internasional.

1. Latar Belakang Berdirinya GNB

Gerakan Nonblok dibentuk guna mempertahankan diri dengan jalan mempersatukan diri (di antara negara-negara netral) guna menghadapi intervensi negara adikuasa.




2. Sejarah Berdirinya Gerakan Nonblok

Setelah PD II berakhir muncul dua blok kekuatan yaitu blok Barat dan blok Timur. Blok Barat dipimpin Amerika Serikat dan beraliran liberal, sedang blok Timur dipimpin Uni Soviet dan beridiologi komunis. Kelahiran dua kekuatan tersebut merupakan ancaman serius bagi perdamaian. Oleh karena itu sebagai solusi, lahirlah Gerakan Nonblok (GNB). KAA dianggap sebagai pendahulu bagi berdirinya GNB. KAA telah melahirkan prinsip-prinsip perdamaian, kerja sama internasional, kebebasan, kemerdekaan, dan hubungan antarbangsa. Pada tahun 1956 Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir), Presiden Joseph Bros Tito (Yugoslavia), dan PM Jawaharlal Nehru (India) mengadakan pertemuan di Brioni. Pada bulan September 1960 ketiga tokoh tersebut mengadakan pertemuan dengan Ir. Soekarno dan Nkrumah dari Ghana. Kegiatan tersebut diikuti dengan pertemuan persiapan bagi Konferensi GNB di Kairo bulan Juni 1961. Dalam konferensi di Kairo merumuskan kriteria negara yang akan diundang dalam KTT GNB I maupun prinsip-prinsip GNB.

3. KTT Gerakan Nonblok 

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Nonblok merupakan forum tertinggi dari organisasi tersebut. Konferensi ini dihadiri oleh para kepala negara maupun kepala pemerintahan dari negara-negara anggota. Sampai tahun 2006 KTT GNB telah dilaksanakan empat belas kali, seperti diuraikandalam tabel 14.5.




4. Perkembangan GNB dan Peran Indonesia

a. Perkembangan GNB
Pasca Perang Dingin, kerja sama anggota GNB tampak masih bersemangat. Saat itu kepemimpinan dipegang oleh Indonesia (1992- 1995). Indonesia memprakarsai kerja sama teknis di beberapa bidang, misalnya:
1) pelatihan tenaga kesehatan dan Keluarga Berencana;
2) studi banding para petugas pertanian; dan
3) menghidupkan kembali dialog Utara Selatan untuk memperingan hutang luar negeri negara berkembang.
Setelah kepemimpinan diganti Kolombia, kerja sama antaranggota mulai berkurang, oleh karena itu perlu digiatkan kembali, (revitalisasi). Hal ini mulai dilakukan saat KTT GNB ke 13 tahun 2003 di Malaysia dan KTT GNB ke-14 di Kuba tahun 2006. Akan tetapi belum membuahkan hasil.
b . Peran Indonesia dalam GNB
Keikutsertaan Indonesia dalam GNB disebabkan kesesuaian prinsip GNB dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif. Indonesia berkeyakinan bahwa perdamaian hanya tercipta apabila tidak mendukung pakta militer atau aliansi militer. Hal ini berarti GNB dianggap paling tepat. Berikut ini peran Indonesia dalam GNB.
1) Indonesia berperan sebagai pelopor berdirinya GNB. Sejak dalam gagasan pembentukan GNB, Indonesia sudah berperan penting. Bersama Jawaharlal Nehru yang juga pelopor KAA, Presiden Soekarno menggagas pembentukan GNB. Akhirnya bersama empat pemimpin negara India, Ghana, Yugoslavia, dan Mesir, Indonesia mendeklarasikan berdirinya GNB. Indonesia juga aktif dalam persiapan penyelenggaraan KTT GNB di Beograd.
2) Dalam KTT GNB X tahun 1992, Indonesia berperan sebagai tuan rumah penyelenggaraan KTT dan Presiden Soeharto bertindak sebagai ketua GNB.
3) Indonesia memprakarsai kerja sama teknis di beberapa bidang misalnya bidang pertanian dan kependudukan.
4) Indonesia mencetuskan upaya menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan.

D. Perkembangan ASEAN dan Peran Indonesia

ASEAN (Association of South East Asian Nations) merupakan organisasi regional di kawasan Asia Tenggara. ASEAN sekarang beranggotakan 10 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam. Dasar berdirinya ASEAN adalah Deklarasi Bangkok yang dicetuskan pada tanggal 8 Agustus 1967.



1. Latar Belakang Berdirinya ASEAN

ASEAN merupakan organisasi negara-negara di Asia Tenggara yang tidak membedakan sistem politik dan ideologi. Ide dasar pembentukan ASEAN adalah kerja sama ekonomi, sosial, dan budaya. Namun, dalam perkembangannya organisasi ini bertekad menjamin stabilitas dan keamanan tanpa campur tangan bangsa asing. Berdirinya ASEAN dilatarbelakangi adanya persamaan di antara negara-negara Asia Tenggara. Berikut ini persamaan-persamaan tersebut.
a. Persamaan letak geografis di kawasan Asia Tenggara.
b. Persamaan budaya yakni budaya Melayu Austronesia.
c. Persamaan nasib dalam sejarahnya yaitu sama-sama sebagai negara bekas dijajah oleh bangsa asing.
d. Persamaan kepentingan untuk menjalin hubungan dan kerja sama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
Pendirian ASEAN juga dilatarbelakangi oleh kesamaan sikap yang nonkomunis, mengingat komunis telah menimbulkan ketidakstabilan dalam negeri masing-masing negara.

2. Sejarah Berdirinya ASEAN

Sebelum berdiri ASEAN, ada dua organisasi yang mengantarkan pembentukan ASEAN. Kedua organisasi tersebut adalah ASA dan Maphilindo.
a. ASA (Association of Southest Asia), dibentuk berdasarkan Deklarasi Bangkok tahun 1961 antara Malaysia, Thailand, dan Filipina.
b. Maphilindo yang beranggotakan Malaysia, Filipina, dan Indonesia pada tahun 1963. 

Berdiri di tengah dekolonisasi Inggris yang kurang memuaskan Indonesia dan Filipina mengenai penggabungan Kalimantan Utara ke dalam Malaysia. Akhirnya kedua organisasi diganti dengan ASEAN tahun 1967 setelah terjadi perubahan yang dramatis di Indonesia akibat peristiwa G 30 S /PKI tahun 1965. Berdirinya ASEAN ditandai dengan ditandatanganinya Deklarasi Bangkok oleh lima menteri luar negeri negara-negara di Asia Tenggara. Berikut ini kelima menteri luar negeri tersebut.
a. Adam Malik, Menteri Luar Negeri Indonesia.
b. Tun Abdul Razak, Wakil Perdana Menteri/Menteri Pembangunan Nasional Malaysia.
c. S. Rajaratnam, Menteri Luar Negeri Singapura.
d. Narsisco Ramos, Menteri Luar Negeri Filipina.
e. Thanat Koman, Menteri Luar Negeri Thailand.
ASEAN sebagai organisasi memiliki tujuan berikut.
a. Mempercepat pertumbuhan ekonomi dan sosial budaya.
b. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional.
c. Meningkatkan kerja sama dengan saling membantu di bidang ekonomi, sosial budaya, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi.
d. Bekerja sama dalam meningkatkan pertanian dan industri, perluasan perdagangan, penyempurnaan fasilitas komunikasi dan mempertinggi taraf hidup rakyat masing-masing negara.
e. Meningkatkan pengkajian wilayah Asia Tenggara.
f. Memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan organisasi internasional dan regional lainnya.

3. Struktur Organisasi ASEAN

Terdapat perbedaan tentang struktur organisasi ASEAN antara sebelum dan sesudah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Bali tahun 1976. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan pada uraian di bawah ini. Lihat tabel 14.6.


4. Bentuk Kerja Sama dalam ASEAN

Kerja sama negara-negara Asia Tenggara dalam ASEAN meliputi segala aspek kehidupan, yaitu politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Berikut ini bentuk-bentuk kerja sama ASEAN. Lihat tabel 14.7.



5. Peran Indonesia dalam ASEAN


Peran Indonesia sangat menonjol dalam organisasi ASEAN. Berikut ini beberapa contoh menunjukkan peran penting yang dilakukan oleh Indonesia dalam ASEAN.
a. Indonesia sebagai salah satu negara pelopor dan ikut menandatangani Deklarasi Bangkok yang menandai berdirinya ASEAN.
b. Indonesia beberapa kali dipercaya sebagai tempat penyelenggaraan KTT ASEAN.
c. Indonesia secara aktif ikut menyempurnakan struktur organisasi ASEAN ketika KTT di Bali tahun 1976.
d. Memainkan peran yang aktif dalam penyelesaian masalah di Kamboja. Indonesia menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting (JIM) tahun 1988. Pertemuan ini dilanjutkan dengan Konferensi Internasional di Paris tahun 1989 yang diketuai bersama antara Prancis dan Indonesia (diwakili Ali Alatas).
e. Sekretariat tetap ASEAN ditetapkan di Jakarta, dan Letnan Jenderal Hartono Dharsono menjadi Sekretaris Jenderal ASEAN yang pertama.
f. Ikut aktif membantu menyelesaikan masalah Moro di Filipina. Sampai tahun 2007, ASEAN telah menyelenggarakan KTT sebanyak 13 kali. Lihat tabel 14.8

Pada tanggal 26 Agustus 2007 ASEAN telah mencanangkan Perjanjian Perdagangan Bebas dengan Cina, Jepang, Korea Selatan, India, Australia, Selandia Baru yang akan dilaksanakan pada tahun 2013, dengan pengukuhan Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015.

Referensi : BSE Sanusi Fattah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar